Pengertian MRP (Material Requirement Planning)
A. Pengertian MRP
MRP adalah Material
Requirement Planning (MRP) adalah suatu prosedur logis berupa aturan keputusan
dan teknik transaksi berbasis komputer yang dirancang untuk mengolah jadwal
induk produksi menjadi “kebutuhan bersih” untuk semua item (Baroto,2002).
Sistem MRP
dikembangkan untuk membantu perusahaan manufaktur mengatasi kebutuhan akan
item-item dependent secara lebih baik dan efisien. Disamping itu, sistem MRP
dirancang untuk membuat pesanan produksi dan pembelian untuk mengatur aliran
bahan baku dan persediaan dalam proses sehingga sesuai dengan jadwal produksi
untuk produk akhir.
Material
Requirement Planning (MRP) merupakan suatu teknik atau prosedur logis untuk
menterjemahkan Jadwal Produksi Induk (JPI) dari barang jadi atau end item
menjadi kebutuhan bersih untuk beberapa komponen yang dibutuhkan untuk
mengimplementasikan JPI. MRP ini digunakan untuk menentukan jumlah dari
kebutuhan material untuk mendukung Jadwal Produksi Induk dan kapan kebutuhan
material tersebut dijadwalkan. (Orlicky,et al., 1994).
B. Fungsi dari MRP adalah:
·
Berkaitan dengan persediaan
(inventory) : memesan item barang yang tepat, jumlah yang tepat, dan waktu yang
tepat.
·
Berkaitan dengan prioritas
penjadwalan : memesan kebutuhan item barang tepat pada saat dibutuhkan (right
due date) dan menjaga agar due date tidak meleset.
·
Berkaitan dengan kapasitas pabrik
(plan capacity) : membuat rencana pembebanan kerja secara lengkap dan tepat.
C. Tujuan Penerapan MRP (Material Requirement
Planning)
Berikut ini
adalah beberapa tujuan penerapan MRP (Material Requirement Planning) pada suatu
perusahaan manufaktur.
Mengurangi
jumlah persediaan : MRP dapat menentukan jumlah komponen/bahan baku yang dibutuhkan
dan kapan komponen/bahan baku tersebut dibutuhkan untuk suatu Jadwal Produksi
Induk (Master Produksi Schedule). Dengan demikian, perusahaan manufaktur yang
bersangkutan hanya perlu membeli material (komponen/bahan baku) tersebut pada
saat dibutuhkan saja sehingga dapat menghindari kelebihan persedian material.
Mengurangi
waktu tenggang (lead time) produksi dan pengiriman ke pelanggan : MRP
mengidentifikasikan jumlah dan waktu material yang dibutuhkan sehingga pihak
purchasing (pembelian) dapat melakukan tindakan yang tepat untuk memenuhi batas
waktu yang ditetapkan. Dengan demikian MRP dapat membantu untuk menghindari
keterlambatan produksi yang dikarenakan oleh material.
Komitmen
pengiriman yang realistis kepada pelanggan : Dengan menggunakan MRP, Pihak
Produksi dapat memberikan informasi yang cepat terhadap kemungkinan waktu
pengirimannya.
Meningkatkan
Efisiensi Operasi : Dengan adanya MRP, setiap unit kerja dapat terkordinasi
dengan baik sehingga dapat meningkatkan efisiensi operasional setiap unit kerja
pada perusahaan yang menerapkan MRP tersebut.
D. Sistem MRP (Material Requirement Plan)
Suatu sistem
pada umumnya terdapat INPUT dan OUTPUT. Input daripada sistem MRP adalah Master
Production Schedule (MPS) atau Jadwal Produksi Induk, Inventory Status File
(Berkas Status Persediaan) dan Bill of Materials (BOM) atau Daftar Material
sedangkan Outputnya adalah Order Release Requirement (Kebutuhan Material yang
akan dipesan), Order Scheduling (Jadwal Pemesanan Material) dan Planned Order
(Rencana Pesan di masa yang akan datang).
Berikut dibawah
ini adalah 3 INPUT penting pada Material Requirement Planning (MRP) atau Perencanaan
Kebutuhan Material.
1. Master Production Schedule (MPS)
Master Production Schedule atau Jadwal Produksi
Induk adalah suatu perencanaan yang terdiri dari tahapan waktu dan jumlah
produk jadi yang akan diproduksi oleh sebuah perusahaan manufakturing. MPS ini
pada umumnya berdasarkan order (pesanan) pelanggan dan perkiraan order
(Forecast) yang dibuat oleh perusahaan sebelum dimulainya sistem MRP. Seperti yang
disebutkan sebelumnya, MRP adalah terjemahaan dari MPS (Jadwal Produksi Induk)
untuk Material.
2. Inventory Status File (Berkas status Persediaan)
Inventory Status File ini berkaitan dengan hasil
perhitungan persediaan dan kebutuhan bersih untuk setiap periode perencanaan.
Setiap inventory atau persediaan harus memberikan informasi status yang jelas
dan terbaru mengenai jumlah persediaan yang ada saat ini, jadwal penerimaan
material ataupun rencana pembelian yang akan diserahkan ke pemasok. Informasi ini
juga harus meliputi Jumlah Lot (Lot sizes), Lead Time (tenggang waktu), Safety
Stock Level dan juga jumlah material yang rusak/cacat.
3. Bill of Materials (BOM)
BOM adalah sebuah daftar yang berisikan jumlah
masing-masing bahan baku, bahan pendukung dan sub-assy (semi produk) yang
dibutuhkan untuk membuat suatu produk jadi.
E. Proses MRP
Kebutuhan untuk
setiap komponen yang diperlukan dalam melaksanakan MPS dihitung dengan
menggunakan prosedur sebagai berikut:
1. Netting (perhitungan kebutuhan bersih), yaitu
menghitung kebutuhan bersih dari kebutuhan kasar dengan memperhitungkan jumlah
barang yang akan diterima, jumlah persediaan yang ada, dan jumlah persediaan
yang akan dialokasikan.
2. Lotting (penentuan ukuran lot pesanan), yaitu
konversi dari kebutuhan bersih menjadi kuantitas-kuantitas pesanan. Besar
kuantita pesanan individu yang optimal, tergantung metode yang diambil.
3. Offsetting (penentuan waktu pemesanan), yaitu
menempatkan suatu pelepasan pemesanan pada waktu yang tepat dengan cara
menghitung mundur (backward scheduling) dari waktu yang dikehendaki dengan
memperhitungakan waktu tenggang, agar memenuhi pesanan komponen yang
bersangkutan.
4. Explosion, yaitu menjabarkan rencana produksi
produk akhir ke kebutuhan kasar untuk komponen-komponennya melalui daftar
material.
.
.
.
.
.
.
.
SUMBER :
ilmumanajemenindustri.com/pengertian-mrp-material-requirement-planning-tujuan-penerapannya/
blog.ub.ac.id/tirnisa/tag/pengertian-mrp/
.
.
.
.
.
.
.
SUMBER :
ilmumanajemenindustri.com/pengertian-mrp-material-requirement-planning-tujuan-penerapannya/
blog.ub.ac.id/tirnisa/tag/pengertian-mrp/
Komentar
Posting Komentar