Implementasi Sistem ERP
Langkah-Langkah
Implementasi Sistem ERP
Dengan
memahami keuntungan-keuntungan yang di dapat dengan menggunakan sistem ERP,
menjadikan sistem ini merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa dihindari oleh
suatu perusahaan. Namun sering kita mendengar implementasi sistem ERP di
sebuah perusahaan berjalan penuh tantangan dan tidak lancar.
Karena
itu dalam implementasi sistem ERP diperlukan perencanaan yang matang, kami
mencoba membagikan beberapa tips langkah-langkah yang diperlukan secara umum
dalam proyek sistem ERP. Tiap langkah membutuhkan pemikiran dan perencanaan
yang matang karenanya detail tiap langkah akan kami paparkan pada bagian
terpisah.
Langkah-langkah
yang diperlukan dalam proyek ERP implementasi adalah:
1. Pemilihan ERP sistem (Software Selection)
sebelum kita memulai proyek ini menjadi sangat penting
untuk memutuskan sistem ERP apa yang akan dipergunakan? beberapa pertimbangan
dalam phase ini adalah: (a) Apakah kita akan membuat (custom made) atau
membeli sistem ERP yang sudah tersedia dipasar?. (b) Apabila akan membeli
sistem ERP yang sudah tersedia, apakah kita akan membeli sistem yang disediakan
oleh vendor lokal atau vendor internasional?.
Pertanyaan di atas kelihatan mudah, namun mencari
jawabannya mempunyai tantangan tersendiri. Kami sering melihat kegagalan
penggunaan sistem ERP terjadi di langkah ini. Hal ini dikarenakan Perusahaan
atau Calon Pengguna tidak mengerti dengan pasti apa yang mereka ingini dari
sistem ERP. Di lain sisi kami sering melihat keinginan yang kurang pas
dari perusahaan atau pengguna, seakan-akan dengan menggunakan sistem ERP yang
baru maka segala persoalan / tantangan yang terjadi selama ini dapat
diselesaikan oleh sistem ERP. Karenanya sebelum kita dapat menentukan sistem
ERP mana yang akan kita gunakan hal pertama yang harus kita pikirkan
adalah? apa target perusahaan dan pengguna (user) dari
penggantian sistem ini. Dengan memikirkan dengan seksama kebutuhan
perusahaan dan pengguna maka akan lebih mudah dalam pengambilan keputusan dalam
memilih sistem ERP. pada phase ini kita melihat bagaimana pentingnya menentukan Ekspektasi dari
Perusahaan dan Pengguna setelah penggunaan sistem baru.
Kekeliruan
yang sering terjadi juga, manajemen perusahaan melihat bahwa proyek ERP ini
lebih kepada team MIS/EDP/IT sehingga, proses pemilihan vendor ini diserahkan
kepada team tersebut dengan pertimbangan teknis. Hal ini berakibat kepada
pemilihan ERP sistem berujung kepada keuntungan-keuntungan teknis seperti
penggunaan teknologi yang lebih baru, ketimbang keuntungan fungsional secara
sistem untuk perbaikan proses bisnis.
Tips dalam Software Selection Process :
(a) Buat daftar / check list dari
tantangan operasional yang saat ini dihadapi perusahaan, dari tingkat manajemen
dan check list dari tiap-tiap bagian atau divisi.
(b) Buat daftar / check list dari
kebutuhan perusahaan akan penggantian sistem. Bisa saja perusahan saat ini
tidak mengalami kendala operasional, namun sesuai visi perusahaan akan
berkembang pada tahun-tahun mendatang, dan sistem yang ada saat ini tidak dapat
lagi mendukung perkembangan tersebut.
(c) Beri Bobot kedua check list diatas
agar kita dapat mengetahui kepentingan dari tiap kendala operasional yang
terjadi dan kebutuhan, sehingga memudahkan untuk menetukan prioritas.
(d) Proses seleksi vendor apakah untuk pembuatan (custom
made) atau membeli produk ERP yang sudah jadi menjadi lebih mudah dengan
check list di atas, dimana kita dapat membandingkan suatu produk ERP dengan
yang lainnya bukan karena banyaknya fungsi yang tersedia pada suatu
sistem ERP, melainkan kepada apakah cocok dengan kebutuhan kita.
(e)
Proses seleksi merupakan suatu aktifitas yang harus melibatkan seluruh lini
manajemen dan setiap bagian/departemen/divisi. Hal ini dikarenakan
pengguna dari sistem ERP nantinya adalah setiap divisi yang ada, bukan divisi
MIS/EDP/IT
Harus dihindari :
(a) Kesalahan paling umum pada phase ini adalah,
Manajemen dan calon Pengguna tidak membuat check list dari kebutuhan mereka.
Hal yang umum dilakukan adalah departemen MIS/EDP/IT langsung
mempertemukan manajemen dan pengguna dengan ERP softwarevendor
untuk melihat presentasi produk. Akhirnya setelah melihat beberapa aplikasi,
keputusan yang di ambil tidak terdokumentasi namun hanya berdasarkan intuisi
semata. Selain hasil keputusan yang kurang terukur, ekspektasi dari manajemen
dan pengguna dari penggunaan sistem ERP baru juga sulit dapat diketahui yang
pada akhirnya sulit untuk diukur apakah implementasi dapat dikatakan berhasil
atau tidak.
(b)
Persepsi umum Manajemen yang menganggap implementasi ERP adalah masalah IT,
sehingga proses seleksi diserahkan kepada team MIS/EDP/IT.
Setelah melalui Langkah Pertama (memilih ERP produk/software),
selanjutnya adalah melakukan pemilihan partner dalam melakukan
implementasi. Pada umumnya perusahaan memerlukan bantuan pihak luar dalam
melakukan implementasi ERP sistem, yang dalam hal ini bertindak sebagai Implementor atau Consultant untuk
produk ERP yang akan kita gunakan.
Sering
juga kami mendapatkan pertanyaan apakah mungkin melakukan implementasi dengan
menggunakan sumber daya internal perusahaan? atau selalu harus menggunakan
konsultant dari pihak luar perusahaan. Semuanya sangat mungkin dengan
mempertimbangkan beberapa hal berikut.
Dalam
proses implementasi ERP paling sedikit ada 3 perubahan yang terjadi.
1. Perubahan Teknologi
Penggunaan
sistem baru tentu saja akan merubah adaptasi teknologi yang akan dipergunakan
perusahaan, hal ini harus menjadi perhatian dengan melihat apakah team internal
sudah memiliki pengetahuan atau pengalaman yang cukup dalam teknologi baru yang
akan dipergunakan? misalnya perusahaan berencana menggunakan SAP sebagai sistem
ERP baru, dan dari 5 team IT/MIS, tidak ada satu orangpun yang menguasai SAP
maka perusahaan akan memerlukan bantuan pihak luar dalam proses implementasi.
2. Perubahan Bisnis Proses
Pada
umumnya impementasi ERP sistem akan menyentuh hampir seluruh bagian/departemen,
karena itu biasanya akan terjadi perubahan dari cara kerja operasional
perusahaan (lihat bahasan mengenai apa itu ERP dan kegunaannya). Perubahan cara
kerja / business proses kadang minimal, namun pada umumnya terjadi perubahan
yang cukup banyak. Hal ini membuat perusahaan harus mempertimbangkan
apakah kebutuhan pihak luar yang akan membantu implementasi ERP hanya membantu
sisi teknologi (point 1) atau perusahaan sebenarnya membutuhkan pihak luar juga
yang dapat membantu memperbaiki Bisnis Proses yang ada saat ini.
3. Perubahan Kultur Perusahaan (Culture)
Kedua
perubahan di atas, terutama perubahan Bisnis Proses akan berakibat pada
perubahan cara kerja, yang pada akhirnya akan memaksa terjadinya perubahan
kultur kerja perusahaan. Misalnya sebelumnya masing-masing departmen hanya
fokus kepada kepentingan departemen mereka masing-masing, maka dengan sistem
yang terintegrasi, terlihat semua harus bekerja sebagai team dan harus memikirkan
kepentingan perusahaan dibanding kepentingan satu departemennya semata.
Perubahan kultur dalam implementasi ERP sistem menjadi hal yang paling banyak
tantangan dibanding perubahan lainnya, kadang apabila tidak ditangani secara
serius dapat berakibat fatal. Contoh pihak pengguna/user tidak mendukung
perubahan sistem karena dianggap lebih sulit digunakan.
Dengan
melihat perubahan yang akan terjadi pada saat implementasi sistem ERP, maka
setelah memilih produk ERP, perusahaan harus mempertimbangkan 3 hal diatas,
apakah perusahaan dapat melakukan ke tiga perubahan di atas menggunakan
sumberdaya internal atau membutuhkan bantuan pihak luar / konsultan.
Apabila
kita membutuhkan bantuan konsultan, maka kita dengan jelas mengerti bantuan
konsultan untuk bidang apa saja dari 3 bidang diatas. Langkah selanjutnya
adalah proses seleksi konsultan. Proses seleksi konsultan menurut hemat kami
tidak kalah penting dibanding seleksi ERP sistem. Pada studi-studi mengenai
implementasi ERP yang gagal atau menghadapi banyak tantangan, biasanya pihak
calon pengguna (client) adalah yang paling sering disebut sebagai alasan
gagalnya implementasi seperti pihak managemen tidak mendukung implementasi,
atau user yang tidak mendukung.
Namun
berdasarkan pengalaman kami, pihak konsultan juga tidak jarang menjadi penyebab
dari kegagalan implementasi. Detail dari penyebab kegagalan akan kami coba
bagikan dalam bagian khusus. Tentunya dengan segala hormat kepada rekan-rekan
konsultan, kami tidak bermaksud untuk menuduh apalagi menjelek-jelekkan
siapapun, namun biarlah ini menjadi pelajaran agar kita sebagai konsultan dapat
selalu belajar dari setiap proyek yang kita kerjakan.
Mengingat
hal diatas berikut tips dari kami dalam memilih konsultan:
1.
Pastikan konsultan ERP tersebut menguasai Produk ERP yang diwakilinya, biasanya
ini dapat dilakukan dengan cara interview dengan team yang akan memimpin
proyek, atau mencari informasi pengalaman dari team dalam mengerjakan proyek
ERP dari produk yang diwakilinya.
2.
Pastikan konsultan tersebut mengerti industri dari perusahaan anda, misalnya
konsultan yang selama ini menangani perusahan Bank atau finansial, kemungkinan
tidak memahami proses retail bisnis anda. Dengan begitu rasanya kurang
bijaksana memilih konsultan yang tidak memahami industri anda, karena biasanya
mereka tidak mengerti apa yang menjadi tantangan industri anda, sehingga tidak
jarang mereka akan menemui kesulitan untuk memberikan rekomendasi.
3.
Komitmen perusahaan konsultan, apabila kedua point di atas sudah terpenuhi,
pastikan anda dapat mendapatkan komitmen team konsultan yang anda interview
akan terlibat didalam proyek.
4.
Point berikut ini bisa valid atau sangat tergantung dari masing-masing
konsultan. Kita harus benar-benar memikirkan dengan seksama apabila anda
memilih produk ERP yang secara lokal hanya diwakili satu institusi. Kita harus
melihat dengan seksama kelanjutan institusi tersebut, karena perusahaan akan
berhubungan dengan konsultan dalam jangka waktu yang cukup lama, selama kita
menggunakan aplikasi tersebut.
5.
Karena hubungan dengan konsultan akan menjadi sangat lama, maka menjadi suatu
hal yang penting untuk membangun hubungan baik secara institusi maupun personal
dengan konsultan. Apabila kita merasakan suatu kendala, anda benar-benar harus
mempertimbangkan pemilihan tersebut.
Setelah
memilih produk ERP yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, dan menentukan
pihak konsultan yang akan membantu. Langkah terakhir adalah Proses Implementasi
ERP itu sendiri. Apabila pada langkah pertama dan kedua kita membuat keputusan
yang benar, maka proses implementasi kemungkinan besar akan berjalan dengan
lancar.
Proses Implementasi ERP dapat terdiri dari beberapa
phase dan setiap produk ERP biasanya memiliki metode atau cara implementasi
sendiri-sendiri. Misalnya pada SAP A1 kita mengenal ASAP (Accelerate SAP),
Oracle kita mengenal AIM (Application Implementation Methodology) dan
pada Microsoft ERP mempunyai SureStep. Pada dasarnya semua metode
tersebut disiapkan oleh pemilik aplikasi untuk menjaga kualitas dari setiap
proyek agar mencapai suatu standar yang ditetapkan, dan meminimalisasikan
kegagalan proyek.
Secara
umum phase-phase dalam implementasi suatu sistem ERP sebenarnya memiliki
kemiripan yang meliputi
1.
Persiapan Proyek, meliputi penjadwalan, alokasi sumber daya, persiapan
organisasi
2.
Diskusi Penentuan Scope, Penentuan Proses yang saat ini berjalan dan perbaikan
proses yang akan dijalankan setelah sistem digunakan.
3.
Pengerjaan atau Realisasi, meliputi konfigurasi sistem, pembuatan laporan.
4.
Persiapan sebelum sistem baru Go Live, meliputi Persiapan user manual, Testing,
Traning, persiapan data-data untuk sistem live.
5.
Sistem Go Live, dan prosedur support setelah sistem baru berjalan.
Dengan
tersedianya berbagai metodologi dalam implementasi sistem ERP, hal ini akan
menambah sukses rate untuk proyek-proyek implementasi.
Komentar
Posting Komentar